Tauhid


Iman kepada Allah berarti meyakini penuh bahwa hanya Allah subhanahu wa ta'ala  Pencipta, Pemilik, dan Pengatur segala sesuatu yang ada di alam ini. Sehingga hanya Dia satu-satunya tempat mengabdi, tempat bergantung. Keyakinan ini disebut dengan akidah tauhid, yaitu meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta'ala satu-satunya yang :
- Menciptakan dan mengatur alam semesta (tauhid rububiyah)
- Berhak diibadahi dan disembah (tauhid uluhiyah)
- Memiliki nama-nama dan sifat-sifat yang baik (tauhid asma' wa sifat)

1) Tauhid Rububiyyah (تَوْحِيْدُالرُّبُوْبِيَّةُ)

Kata rububiyyah (رُبُوْبِيَّةٌ) diambil dari kata rabb (رَبُّ), yang artinya pencipta dan pemelihara.
Jadi tauhid rububiyah artinya meyakini hanya Allah yang menciptakan makhluk, memilikinya, menghidupkan dan mematikannya, memberi rezeki, memberikan manfaat dan mudarat, mengabulkan doa, dan lain-lain. Tidak ada sekutu bagi Allah dalam mengatur dan memelihara makhluk-makhluk-Nya. 
Firman Allah subhanahu wa ta'ala :

قُلۡ أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَبۡغِي رَبًّا وَهُوَ رَبُّ كُلِّ شَيۡءٍۚ

"Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu.." (QS. Al An'am : 164) 

2) Tauhid Uluhiyyah (تَوْحِيْدُالألُوْهِيَّةُ)

Kata uluhiyyah (الألُوْهِيَّةُ) diambil dari kata ilah (إلَهٌ), artinya sesuatu yang disembah, dita'ati, dihormati, dipuja, dicintai, ditakuti, dan diharapkan pertolongannya. Maka tauhid uluhiyyah artinya mengesakan Allah dengan hanya beribadah (mengabdi) kepada-Nya.

Firman Allah subhanahu wa ta'ala :

قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ

"Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah subhanahu wa ta'ala , Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)"

Firman Allah  subhanahu wa ta'ala :

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ 

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
(Adz-Dzariat : 56)

3) Tauhid Asma' wa Shifat (تَوْحِيْدُ الأَسْمَاءِ وَالصِّفَاتِ)

Tauhid asma' wa  shifat artinya meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta'ala satu-satunya yang memiliki nama-nama dan sifat-sifat terbaik. 

Firman Allah subhanahu wa ta'ala :

وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِيٓ أَسۡمَٰٓئِهِۦۚ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (Al A'raf : 180)

Allah memiliki 99 nama sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam :
 
إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمَا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

"Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Siapa yang menjaganya, dia akan masuk surga". (HR. Bukhari Muslim)

Oleh karena itu Asmaul husna bisa menjadi tiket masuk surga dengan 3 cara di bawah ini :
1. Memahami makna-maknanya dan beriman bahwa Allah disifati dengan keagungan makna yang dikandungnya, karena iman kepada Allah menjadi sebab utama masuk surga.
2. Mengetahui lafal-lafalnya dan menghafal keseluruhannya. Makna   أَحْصَاهَا dalam hadits di atas artinya حَفِظَهَا (menghafalnya).
3. Mengamalkan makna-makna sesuai dengan kadar kemanusiaan kita. Misalnya Allah Maha Pengasih (ar Rahman) dan Penyayang (ar Rahim), maka kita menyayani orang-orang yang lemah. Allah Maha Besar (al Kabir) dn memiliki Kebesaran (al Mutakabbir), maka kita harus bersikap rendah hati (tawadhu') karena sesungguhnya kebesaran dan kekuatan hanya layak disandang oleh Allah pemilik alam semesta ini. 

bersambung : Asmaul Husna

Post a Comment

0 Comments