Kondisi Bangsa Arab Jahiliyah

 


Sebelum kedatangan Islam, masyarakat bangsa Arab dikenal dengan sebutan "masyarakat jahiliyah". Kata jahiliyah menunjukkan masa di mana penduduk Mekah berada dalam ketidaktahuan (kebodohan). Adapun maksud kebodohan di sisni bukan berarti mereka tidak bisa membaca, menulis atau menghitung, melainkan kebodohan dalam aqidah dan akhlak.

Kondisi masyarakat Arab sebelum Nabi Muhammad g dipenuhi oleh perilaku jahiliyah, seperti pemyembahan terhadap berhala, peperangan, pembunuhan, perzinaan, penindasan terhadap wanita dan banyak laigi lainnya, sedangkan kondisi dunia di luar banga Arab ketika itu bahkan lebih menyimpang lagi.

Gambaran terhadap kondisi Arab sebelum Islam, adalah sebagai beriktu :

Kondisi wilayah Jazirah Arab

Jazirah arab berada di antara 3 benua, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Kala itu Jazirah Arab merupakan pandang pasir yang tandus, jarang ada air, sehingga pertanian hal yang sangat sulit untuk dilakukan di sana. Jazirah Arab kala itu berada diantara dua kekuasaan yang besar yaitu kerajaan Persia yang menguasai wilayah dunia bagian timur dan kerajaan Romawi yang menguasai dunia bagian barat.

Kondisi masyarakat Persia banyak dipengaruhi oleh pemikiran khurofat dan klenik-klenik. Mereka percaya bahwa benda-benda tertentu memiliki kekuatan dan dapat memberi manfaat atau mudharat. Perilaku yang mereka lakukan sangat amoral seperti menikahi ibunya, saudara perempuannya dan anak perempuannya sendiri. Perilaku itu sudah menjadi kebiasaan dan bahkan dibenarkan oleh agama yang mereka yakini yantu agama Zoroaster.  

Sementara kondisi masyarakat Romawi dipimpin oleh penguasa yang otoriter. Para pejabatnya banyak yang melakukan praktek korupsi, suap menyuap untuk memuaskan kepentingan pribadi. Sementara pajak yang tinggi membebani rakyat, sehingga rakyat banyak yang miskin. Perbudakan merajalela. Budak diperlakukan sangat tidak manusiawi. Perzinaan juga banyak dilakukan dengan terang-terangan karena pemerintah menetapkan harga mahal untuk pernikahan. Agama bangsa Romawi saat itu adalah Kristen, Namun para pendeta dengan seenaknya membuat aturan dan dogma atau nama agama. 

Kondisi Sosial Masyarakat Arab Jahiliyah

Kehidupan masyarakat Arab sangat keras. hal itu dipengaruhi oleh kondisi alam berupa padang pasir yang panas dan tandus. Di beberapa wilayah sering terjadi kekacauan, bahkan sering terjadi peperangan antar kabilah sampai turun temurun. Para kabilah sangat fanatik dan bangga dengan kehebatan kabilahnya. Sehingga kelas-kelas sosial menjadi perhatian penting saat itu. Yang berkuasa adalah mereka yang kaya. Yang lemah dan miskin hanya menjadi sasaran kehinaan dan kedzoliman. Perjudian dan pezinaan juga hal yang biasa dilakukan oleh mereka. 

Beberapa tradisi penduduk Arab saat itu di antaranya adalah pernikahan secara spontan, begitu seorang laki-laki suka dengan wanita, lalu menyerahkan mas kawin kepada orang tuanya, wanita itu sudah sah menjadi istrinya. Ada juga pernikahan poligami tanpa batas jumlah wanita yang dinikahi, pernikahan poliandri. Wanita dapat menikah dengan lebih dari satu pria. Membunuh anak perempuan karena takut aib dan kemunafikan. Membunuh anak laki-laki karen takut miskin dan lapar,

Namun masyarakat Arab juga memiliki sifat-sifat baik yang juga sanagat menonjol, di antaranya pemberani, memenuhi janji, suka menolong, memuliakan tamu dengan menyuguhkan hidangan makanan, memiliki hafalan yang kuat, dan menyukai dunia sastra. Maka tak heran jika muncul dari bangsa Arab para penyair handal yang mampu menghasilkan karya-karya sastra yang indah.

Kehidupan Agama masyarakat Arab Jahiliyah

Bangsa Arab Jahiliyah sebelum Islam sebagian besar adalah penyembah berhala yang secara turun menurun mereka lakukan tanpa mempertanyakan kebenarannya. Dahulu sebenarnya mayoritas bangsa Arab menganut agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim  a.s. mulai dari berkembangnya keturunannya di Mekah sampai tersebar ke seluruh Jazirah Arab. Mereja menyembah ALlah Swt. dan menjalankan ajaran agma mereka yang lurud. Seiring berjalannya waktu mereka lalai dan lupa pada ajaran yang telah digariskan. 

Suatu ketika muncul seorang pembesar dari suku kHuza'ah bernama Amr bin Luhai. Saat berada di Syam, ia melihat penduduk kota Syam melakukan ibadah dengan menyembah berhala. Ia tertarik dan membawa satu berhala yang diberi nama Hubal ke Mekah dan meletakkannya di ka'bah. Hubal ini menjadi pemimpin dari berhala-berhala lainnya. Ada Latta, Uzza dan Manat. Amr bin Luhai inilah yang mrngajarkan penduduk Mekah untuk menyembah berhala sebagai perantara untuk menyembah Allah Swt. Ajaran ini menyebar ke seluruh kabilah di suku Quraisy. Lalu kabilah-kabilah itu membuat sendiri berhala-berhala mereka dan setiap meletakkan 1 berhala di Ka'bah hingga jumlah mencapai 360 berhala. 

Bentuk penyembahan mereka kepada berhala, beraneka ragam sebagai ritual keagamaan ditujukan kepada berhala-berhala tersebut, seperti berhaji dan tawaf mengelilingai berhala, merunduk dan sujud di hadapannya, memberikan sesajen secara khsuus berupa makanan, minuman, hasil panen atau hewan ternak, mempersembahkan aneka kurban dan menyembelih ternak atas nama berhala, bernazar dan menyajikan sebagian dari hasil panen dan ternak  untuk berhala. Bahkan ada yang mempersembahkan anak mereka sebagai kurban untuk berhala. Dan masih banyak ritual lainnya yang semua ditujukan kepada berhala. Sungguh fenomena kesyirikan yang mendarah daging secara turun temurun tanpa ada satupun penduduk yang mempertanyakan kebenarannya. Samapi Islam datang menghapuskan itu semua.

Demikianlah gambaran secara umum masyarakat Arab Jahiliyah sebelum kedatangan Islam. Rasulullah Saw diutus di tengah-tengah kaum seperti ini. Namun akhirnya Islam mampu mengubah semua kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik dan tetap mempertahankan kebiasaan baiknya.

 

Post a Comment

0 Comments